INFEKSI NIFAS

Jumat, 01 April 2011

Meningkatnya suhu badan 38°C bahkan lebih, yang terjadi pada hari ke 2-10 post partum merupakan tanda terjadinya infeksi.
Infeksi pasca melahirkan merupakan penyebab ketiga kematian pada ibu. Bila pengobatannya terhambat atau kurang adekuat, dapat menimbulkan abses pelvik, peritonitis, syok septic, tromboflebitis dan lain-lain. Infeksi nifas bisa bermanifestasi dalam 6 minggu setelah proses melahirkan. Biasanya disertai kenaikan suhu badan sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama setelah melahirkan.
Infeksi bisa berasal dari tenaga kesehatan yang membantu persalinan atau dari ibu sendiri. Kebersihan tenaga kesehatan atau ibu yang tidak baik, dapat menjadi penyebab munculnya infeksi pasca melahirkan. Selain itu, kebersihan peralatan yang digunakan, teknik aseptik yang digunakan, persalinan lama atau macet, ketuban pecah lama, kelahiran dengan sectio caesaria, anemia dan malnutrisi juga menjadi penyebab timbulnya infeksi pasca persalinan.
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak dapat dipisahkan dari komponen-komponen dalam asuhan persalinan normal, yang bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan tinggi bagi ibu dan bayinya. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu dan bayi baru lahir, untuk menurunkan resiko terjangkitnya atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit berbahaya.
Infeksi nifas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok:
1        Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, dan vagina serviks. Umumnya disertai gejala seperti; nyeri dan panas pada tempat infeksi, dan kadang menimbulkan perih saat pasien kencing. Suhu badan mencapai 38°C dengan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi tertutup jahitan yang mengakibatkan getah radang tidak bisa keluar, demam bisa mencapai 39-40°C sehingga pasien menggigil.
2        Infeksi endometritis. Dalam kondisi tertentu lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra, yang dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar disertai nyeri pada perabaan dan lembek. Pada hari ke-3, suhu meningkat dan nadi menjadi cepat.
3        Septikemia dan piemia. Keduanya merupakan infeksi berat, namun gejala septikemia lebih mendadak daripada piemia. Pada septikemia, sejak awal penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari post partum, suhu meningkat cepat dan biasanya disertai menggigil. Suhu berkisar 39-40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi (140-160 kali/menit atau lebih). Jika kondisi itu terjadi, pasien dapat meninggal 6-7 hari postpartum. Pada piemia, tidak lama pasca persalinan pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu meningkat. Tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil, terjadi setelah kuman dengan embolus memasuki peredaran darah. Ciri khusus piemia adalah berulangnya peningkatan suhu dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses di beberapa tempat lain.
4        Peritonitis. Bisa terjadi karena meluasnya endometritis, dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanah ke rongga peritonium dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejalanya tidak seperti peritonitis umum.
5        Sellulitis pelvika. Yang ringan dapat menyebabkan suhu meningkat pada masa nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu, disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya kemungkinan sellulitis pelvika. Lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih jelas.
6        Salpingitis dan ooforitis. Gejala umumnya tidak dapat dipisahkan dari pelvioperitonitis.
KUMAN PENYEBAB
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan, adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran penting, sebagai etiologi infeksi nifas.
PENGOBATAN
Sebaiknya, segera lakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan. Pemberian antibiotika dalam dosis yang cukup dan adekuat, dapat mencegah perluasan infeksi. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, berikan antibiotika spektrum luas (broad spectrum) menanti hasil laboratorium. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

1 komentar:

  1. Vitha mengatakan...:

    Kenapa ya pasca sya melahirkan saat pipis dan membasuh vagina terasa pedih seperti luka .. sempat periksa di bidan tempat melahirkan namun ktnya jaitan d miss V sudah kering dan bagus tapi kenapa masih pedih yaa

Posting Komentar